Sabtu, 29 Mei 2010

GAYA BAHASA

Menjelaskan Unsur-unsur intrinsik dalam penggalan novel yang dibacakan

Karya sastra pada umumnya menceritakan permasalahan kehidupan yang dialami manusia. Demikian pula dengan novel. Dengan kepawaiannya, sastrawan mengambil salah satu sisi kehidupan manusia lalu ditulis menjadi novel dengan gaya bahasa yang mampu mengharu biru perasaan pembacanya. Dalam menulis, sastrawan selalu berpedoman pada unsure-unsur pembangun sastra, di antaranya adalah gaya bahasa, latar, dan penokohan.

Berikut akan disajikan penggalan novel yang sangat kuat dan menarik dari sisi penggambaran, gaya bahasa yan digunakan pengarang, dan penokohan. Nah, ikutilah pembelajaran berikut !

A. Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam karya sastra berfungsi sebagai alat utama pengarang untuk melukiskan, menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika. Gaya bahasa sangat banyak jenisnya. Berikut dijelaskan tiga jenis gaya bahasa yang sangat sering muncul dalam karya sastra.

1) Personifikasi

Gaya bahasa ini sering digunakan dalam karya sastra. Gaya bahasa ini mendeskripsikan benda-benda mati dengan cara memberikan sifat-sifat sperti manusia.

Contoh :

* Matahari sedang mencium lembah-lembah gunung (Anak Bajang Menggiring Angin, Sindunata )

* Dari arah hutan di lembah, pipit dan jalak berceloteh ria ( Pergolakan, Wildan Yatim ).

* Ingat ranting, berkuping nyaring.

* Ingat batu, pandai berkata.

* Lonceng berbunyi, memamnggil siswa untuk berkumpul

2) Simile (Perumpamaan )

Gaya bahasa ini mendeskripsikan/menggambarkan sesuatu dengan pengibaratan. Ciri yang sangat tampak ,yakni adanya penggunaan kata ibarat, laksana, seperti, umpama, ataupun bak

Contoh :

Langit yang berawan itu adalah seperti payung ubur-ubur, yang diperbuat daripada sutera hijau ( Azab dan Sengsara, Merari Siregar ).

3) Hiperbola

Gaya bahasa ini mendeskripsikan sesuatu dengan cara berlebihan dengan maksud memberikan efek berlebihan.

Contoh :

* Napas membiru, peluh bercucuran menganak sungai, debar jantung menggila, raung sirine yang memekakan telinga dan menggetarkan kat-kata, jendela membuat mereka bergerak semakin cepat ( Area X, Eliza Vitri Handayani ).

* Selama ini, ia bekerja membanting tulang, memeras keringat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

* Air matanya menganak sungai.

* Pelawak Supali berhasil mengocak-ngocak perut penonton.

* Film drama rumah tangga itu berhasil mengguncang-guncang perasaan penontonnya.

4) Metafora

Gaya bahasa yang mengandung perbandingan yang sejajar atau memiliki kesamaan, sebagai pengganti suatu kata atau ungkapan

Contoh :

* Raja siang bersinar diufuk timur.

* Dewi malam keluar dari peraduannya.

* Kepercayaan pada diri sendiri meluap seperti bibir.

5) Klimaks

Gaya bahasa yang penegasannya dengan menyebutkan beberapa hal berturut-turut yang makin lama menghebat.

Contoh:

* Sepeda, becak, motor, mobil menghiasi keramaian lalu lintas di kota Surabaya.

* Jangankan berdiri, duduk, bahkan bergerakpun ia tak mampu.

* Sawahnya, rumahnya , ternaknya pun telah dijual olehnya.

6) Anti Klimaks

Gaya bahasa menyebutkan beberapa hal berturut-turut semakin menurun

Contoh :

* Gedung-gedung, rumah-rumah, gubuk-gubuk, semuanya menutup pintu.

* Jangankan berdiri, duduk, bahkan bergerakpun ia tak mampu.

* Sawahnya, rumahnya,ternaknya pun telah dijual olehnya.

7) Repetisi

Gaya bahasa penegasan dengan cara mengulang-ulangi kata atau bagian kalimat.

Contoh :

* Jangan cemas, dia pasti datang lagi, percayalah, dia pasti datang lagi.

* Meskipun tidak lulus, engkau jangan putus asa, sekali lagi jangan putus asa.

* Tenanglah, tenanglah, nanti aku yang membereskannya.

8) Paradoks

Gaya bahasa yang menyebutkan dua hal yang bertentangan padahal sebenarnya tidak

Contoh :

* Pak Heru memang kaya, tetapi miskin batinnya.

* Sering aku kesepian dikota besar yang ramai ini.

* Wajahnya tampak seram, tetapi hatinya seputih salju.

9) Antitesa

Gaya bahasa yang memakai kata-kata yang berlawanan arti untuk mempertegas maksud.

Contoh :

* Besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan, semuanya menghadiri pertunjukkan itu.

* Diam tetapi bekerja keras itulah contoh yang baik.

* Hasil ulanganmu kurang memuaskan

10) Ironi

Gaya bahasa yang dipergunakan untuk menyindir secara halus lawan bicaranya

Contoh :

* Lekas betul abang pulang hari ini,sekarang baru pukul dua belas malam.

* Aduh, manis benar kopi ini, Rin ! Mungkin belum kau beri gula.

* Wah, bagus benar tulisanmu, Ed ! Hampir-hampir tidak bisa dibaca.

11) Sinisme

Gaya bahasa yang menyindir lawan bicaranya dengan lebih kasar daripada ironi.

Contoh :

* Mual perutku mendengar nasihatmu !

* Jijik aku melihat sihidung belang itu!

* Muntah aku melihat tingkah lakumu !

12) Sarkasme

Gaya bahasa yang menyindir lawan bicaranya dengan cara amat kasar sehingga bisa menyakitkan hati.

Contoh :

* Memang otak udang isi kapalamu itu !

* Hai berdebah, belum juga kau keluar dari ruangan ini !

* Dia memang pernah minggat dari sini.

13) Metonimia

Gaya bahasa yang mempergunakan kata yang berasosiasi dengan suatu benda.

Contoh :

* Cintanya lebih tingi dari pada singga sana .

* Ibu tadi membawa kartini dari sekolah.

* Pernahkah anda membaca pertiwi ?

* Yanti membeli levis.

14) Pleonasme

Gaya bahasa yang memberikan keterangan terhadap suatu kata yang sebenarnya telah mengandung keterangan.

Contoh :

* Nelayan itu mengarungi samudra yang sangat luas.

* Kapal terbang itu jatuh dari atas ke bawah sehingga hancur berkeping-keping.

* Sebenarnya dia telah mendengar berita itu dengan telinganya sendiri.

15) Inversi

Gaya bahasa yang menarik perhatian dengan cara membalik susunan katanya.

Contoh :

* Cakap benar pemuda itu

* Itulah mahkota pengetahuanku

* Memang tidak punya malu anak itu.

16) Litotes

Gaya bahasa yang mempergunakan kata yang berlawanan arti dengan tujuan untuk merendahkan diri.

Contoh :

* Sudilah Tuan singgah ke gubuk kami ?

* Terimalah hadiah yang kurang berarti ini dengan tangan terbuka.

* Pertolongan apakah yang Tuan harapkan dari saya yang bodoh ini ?

17) Simbolik

Gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan lambang-lambang.

Contoh :

* Berhati-hatilah berbicara dengan bunglon !

* Janganlah engkau tertipu oleh Si Kancil itu !

* Hendaknya jangan sampai tertangkap oleh lintah darat itu !

18) Koreksi

Gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu yang salah lalu dibetulkan lagi.

Contoh :

* Selamat pagi anak-anak, maaf selamat sore.

* Ayah sedang bekerja, bukan, sedang tidur.

* Silakan duduk tuan, maaf, silakan makan.

19) Retoris

Adalah gaya bahasa dengan mengajukan pertanyaan yang tidak perlu dijawab, untuk menarik perhatian.

* Inikah yang kammmmmmu maksud bekerja ?

* Mungkinkah kalian pandai tanpa belajar ?

* Siapakah yang tidak mengakui bahwa Tuhan itu Mahatahu ?

20) Asosiasi

Gaya bahasa yang membandingkan sesuatu benda yang telah disebutkan dengan benda lain. Pada umumnya asosiasi menggunakan kata penghubung.

Contoh :

* Hatinya sedih bagai diiris-iris pisau.

* Semangatnya keras seperti baja.

* Mukanya pucat bagai mayat.

21) Sinekdok

Gaya bahasa yang menyebutkan sesuatu benda. Bila penyebutan sebagian yang dimaksudkan disebut Sinekdok pars pro toto.

Contoh :

* Sudah lama aku tidak melihat batang hidungmu.

* Tak puasnya ia memandang tubuh yang kecil montok itu.

* Bu Tina membeli tiga ekor ayam yang disembelih.

Sedangkan bila penyebutan itu seluruhnya tetapi yang dimaksudkan sebagian disebut Sinekdok totem pro parte.

Contoh :

* Indonesia mendapat piala emas dalam Asian Games tahun ini.

* Pada hari itu bangsa Indonesia mengumumkan kemerdekaannya.

* Letusan bom Nagasaki sungguh telah menggoncangkan dunia.

22) Paralelisme

Gaya bahasa perulangan yang terdapat di dalam sajak. Bila perulangan itu terdapat pada awal baris disebut anafora.

Contoh :

* Kaulah diam malam yang kelam,

Kaulah tenang sawah yang lapang,

Kaulah lelap orang di lawang,

Ah, engkau nan masih lemah melambai

………………………………………….

Rustam Effendi, Percikan Permenungan

Sedangkan bila perulangan itu terdapat pada akhir baris disebut Epifora

Contoh :

* Kaulah kau memang, Ia akan datang

Bila kau pinta,ia akan datang

Jika kau kehendaki, ia akan datang

23) Retisentia

Gaya bahasa yang menyembunyikan sebagian pikiran atau perasaan untuk menarik perhatian.

Contoh :

* Wajah yang senantiasa jernih lembut pada pemandangannya itu …………

* Memang dia amat bijaksana lagi pula………………………….

* Tentu saja peristiwa itu membuat Nani…………..

24) Tautologi

Gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu dengan cara menyebutkan dua kata yang searti

Contoh :

* Peristiwa itu tidak saya inginkan, tidak saya harapkan.

* Kehadirannya tidak saya panggil, tidak saya undang.

* Cintanya telah berurat berakar.

25) Asindenton

Gaya bahasa penyebutan beberapa hal secara berurutan tanpa menggunakan kata sambung.

Contoh :

* Kaya, miskin, pandai, bodoh, sama saja di hadapan Tuhan.

* Sedih, sakit, susah telah menjadi untungnya selama ia dalam perantauan.

* Kesulitan,kegagalan adalah makanan pagi bagi wiraswastawan

Bila penyebutan itu menggunakan kata sambung disebut polisindenton.

Contoh :

* Orang tuaku dan kakak-kakakku seta adik-adikku berdoa untuk keberhasilanku.

* Kedua tangannya dan kedua kakinya sangat manis dan lucu bentuknya.

* Inilah saat aku bekerja dan hidup serta tidak terganggu.

B. Latar

Latar atau biasa disebut dengan istilah setting, yakni meliputi tempat, waktu, dan keadaan lingkungan. Latar dalam sastra sering digambarkan dengan gaya bahasa tertentu.

Contooh :

Sore itu, tidak seperti biasanya, pada jam 6 sore Bu Agung dan si Mbak baru muncul di kamar saya di rumah sakit ( Sastrio Piningit Umar Kayam ).

C. Penokohan

Penokohan adalah watak/karakter tokoh cerita yang dipaparkan oleh pengarang. Penokoan biasanya ditampilkan pengarang melalui :

1. pengarang langsun menyebutkan watak tokoh;

2. penggambaran fisik tokoh;

3. apa yang diperbuatnya(terutama menghadapi situasi kritis )

4. ucapan-ucapan tokoh/pikiran-pikiran tokoh;

5. apa yang dikenakannya.

Tugas individu :

Bacalah penggalan novel Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata berikut dengan saksama ! Kemudian catatlah kalimat-kalimat yang menggunakan gaya bahasa dan kalimat yang menjelaskan latar cerita !

Empat…………………………………………………………………………………………………………

Langit bagai berdetak, bintang-bintangnya meneteskan gerimis air matanya. Malam yang dinngin mengajak bulan keluar dari lubuk kegelapan. Musim-musim harapan sedang merekah di pucuk-pucuk daun. Harum kembang-kembangnya. Sebentar lagi fajar pun cepat tiba. Membuka alam bagi Rama dan Sinta serta Laksamana untuk melangkah dalam cerita di hutan belantara.

Ketiga anak manusia ini bagaikan kumbang-kumbang yang baru saja mengenal keindahan hutan dengan kembang-kembangnya. Menatap alam dengan kepasrahan hatinya. Menyelami rimba raya dengan kejujurannya. Hutan yang dahsyat dan ganas menjadi napas yang tenang dalam keheningan budinya.

Di sunagai yang bening airnya berderai menyibak akar-akar pohon yang menjulur di dalamnya. Gemericiknya bagai suara anak-anak burung yang minta kehangatan sayap ibunya. Sinta mandi di sungai yang indah ini . Tubuhnya yang cantik menyelam dalam kedinginanya. Sang surya kasihan melihatnya, dan dikirimkan cahaya yang hangat, menerobos celah-celah dedaunan pohon-pohon rimba.

Rama mengamati kekasihnya. Cinta Sinta terasa harum bagai wewangian kembang-kembang disekitarnya. Sinta memandangnya dengan mata yang sebasah pagi dengan tetesan-tetesan embunnya.

Di tengah suasana yang indah ini, tiba-tiba bergeramlah suara laksana gunung yang mau rebah. Angin yang bertiup lemah seperti tersibak oleh langkah makhluk raksasa. Makin dekat makin menggetarkan hati suaranya. Sinta ketakutan lari memeluk Rama. Muncullah raksasa yang jahat rupanya. Wirada namanya, pengacau ketenangan rimba.

“Siapakah engkau, hai manusia ? Berani benar kamu mengarungi rimba. Kamu hanya akan menjadi mangsa perutku yang sudah lama lapar akan daging manusia,” kata Wirada. Mulutnya masih berdarah, bekas daging-daging busuk binatang hutan menempel di dadanya. Suaranya mengaum-ngaum seperti singa kelaparan. Kedatangan Wirada yang jahat ini membuat burung-burung bertebaran. Binatang-binatang kecil pun lari tunggang laggang.

Dalam sekejap, Wirada menarik Dewi Sinta ke dalam pelukannya. Serupa mutiara putih keadaan Dewi Sinta di tangan Wirada. Mutiara itu berlinangan air matanya. Jatuh menetes menjadi pelepas kesepian bumi rimba yang kini kesakitan diinjak kaki Wirada. Wirada tertawa menggelegar sampai pohon-pohon bergoyang ketakutan

Rama menjadi gelap pandangan matanya. Ia larut dalam keputusasaannya. Dari mulutnya, keluar kata-kata yang mencela penderitaan yang harus dihadapinya.

“ Mengapa mesti burung-burung ini terbang dari sarangnya ? Mengapa mesti aku meninggalkan istana bersama kekasihku untuk menemui raksasa jahat ini. Kekasihku tiadakah kautahu akan dosa-dosamu, hingga aku harus mengalami seperti ini ?”kata Rama meratap. Laksamana getir hatinya mendengar keluhan kakaknya. Ia memperingatkan Rama dengan geram.

“ Kakakku, kenapa engkau menjadi demikian lemah ? Rimba raya ini mejadi temanmu. Bersama rimba raya yang sepi ini kauharus menghadapi dukamu. Engkau adalah Wisnu di dunia. Apa artinya seorang raksasa di hadapanmu ,” kata Laksmana.

Serentak terdengarlah suara dari langit. Bidadari seakan lari menunggang kuda putih, menyentakkan Rama yang baru saja disadarkan, kata Laksmana.

“ Rama,Rama, Masih banyak lagi raksasa yang harus kauhadapi. Masih ada satu lagi raksasa paling jahat yang harus kau akhiri hidupnya, kelak di akhir pengembaraanya . Wirada mengajakmu mengingat akan tugasmu,” kata suara dari langit itu.

(Sumber : Horison Sastra Indonesia Kitab Nukilan Novel, 2002 )

Pelatihan :

Untuk mengukur pemahamanmu tentang isi penggalan novel Anak Bajang Menggiring Angin, kerjakanlah soal-soal berikut bersama teman kelompokmu !

1. Berdasarkan catatanmu saat membaca, kutiplah delapan kalimat yang menggunakan gaya bahasa personifikasi dalam penggalan novel Anak Bajang Menggiring Angin !

1. …………………………………………………………………………………………………………

2. …………………………………………………………………………………………………………

3. …………………………………………………………………………………………………………

4. …………………………………………………………………………………………………………

5. …………………………………………………………………………………………………………

6. ………………………………………………………………………………………………………….

7. ………………………………………………………………………………………………………….

8. ………………………………………………………………………………………………………….

9. ………………………………………………………………………………………………………….

10. ………………………………………………………………………………………………………….

2. Kutiplah delapan kalimat dari penggalan novel Anak Bajang Menggiring Angin yang menggunakan gaya bahasa simile !

1. ………………………………………………………………………………………………………….

2. ………………………………………………………………………………………………………….

3. ………………………………………………………………………………………………………….

4. ………………………………………………………………………………………………………….

5. ………………………………………………………………………………………………………….

6. ………………………………………………………………………………………………………….

7. ………………………………………………………………………………………………………….

8. ………………………………………………………………………………………………………….

9. …………………………………………………………………………………………………………

10. ………………………………………………………………………………………………………….

3. Tentukan latar cerita dari penggalan novel Anak Bajang Menggiring Angin ! Berikan data pendukung berupa kutipan kalimatnya !

Latar

Data pendukung

a. Tempat :…………………………………………..

b. Waktu : ………………………………………….

c. Suasana Lingkungan : ……………………………

……………………………………………………….

……………………………………………………….

……………………………………………………….

4. Tulislah tokoh dan penokohan beserta data pendukung berupa kutipan kalimatnya !

Tokoh

Penokohan

Data Pendukung

…………………………………….

…………………………………….

……………………………………

…………………………………….

…………………………………….

……………………………………

…………………………………….

…………………………………….

…………………………………….

……………………………………..

…………………………………….

…………………………………….




Lebih jelasnya download disini